Kreativitas di zaman sekarang sangat dibutuhkan. Betapa tidak,
menghadapi persaingan ekonomi yang semakin pesat, para pelaku usaha
khususnya usaha kecil, hendaknya jeli mencari celah keluar dari
keterbatasan. Seperti yang dilakukan oleh Anik Suryani misalnya.
Pengusaha keripik tempe dari Malang, Jawa Timur ini, menemukan terobosan
baru bagi bisnisnya yang bernama Keripik Tempe Aneka Rasa Bu Noer.
Sedikit informasi, Kota Malang, Jatim boleh dibilang terkenal dengan
kuliner khas berupa camilan yang beraneka macam dan tidak pernah habis.
Hal itu dikuatkan dengan keahlian Anik dalam membuat camilan dari hasil
kreativitasnya sendiri.
Menurut Anik yang juga pemilik usaha
Keripik Tempe Aneka Rasa Bu Noer, lazimnya keripik tempe hanya berbumbu
daun jeruk dan rasanya asin. Namun demi memberikan sesuatu yang baru
bagi masyarakat khususnya pencinta camilan khas Malang, ia membuat
keripik tempe berbagai macam rasa. Hal itu dilakukan Anik supaya orang
tertarik dengan produk hasil usahanya.
"Supaya orang melirik
keripik tempe saya, saya ciptakan aneka rasa, ada barbeque, keju,
balado, kemudian, jagung bakar manis, pedas, rasa udang, dan ayam
bawang," kata Anik.
Biasanya, membuat keripik tempe pasti ada yang jadi dan tidak jadi,
hancur berantakan misalnya. Melihat hal demikian, Anik tidak khawatir.
Dibuang sayang, mungkin itulah kata yang tepat ditujukan pada Anik.
Betapa tidak, dari hasil produksi keripik tempe yang tidak jadi, oleh
Anik dijadikan bahan pembuat produk lain. "Kalau tempe yang nggak jadi,
dibuang kan sayang, dari situ saya jadikan brownies tempe," kata Anik.
Brownies tempe? mungkin sebagian telinga kita baru mendengarnya.
Mengenai alasan Anik menjadikan tempe sebagai bahan dasar brownies, ia
mengaku terinspirasi dengan brownies kukus khas Bandung, Jawa Barat. "Di
Bandung kan booming brownies kukus, nah saya buat brownies tempe,"
ungkap Anik.
Ibarat gayung bersambut, terobosan Anik dalam
membuat brownies kukus berbuah manis. Usahanya berhasil diminati
masyarakat. Kendati demikian, Anik tidak mau berhenti berinovasi. Ia
bahkan membuat cake dan roti dari bahan dasar tepung yang berasal dari
padi yang ditumbuk atau bekatul. Selidik punya selidik, hal itu
lagi-lagi diakui Anik terinspirasi dari produsen roti Healthy Bread.
"Kalau Healthy Bread yang lagi booming itu make bahan dasar kentang dan
gandum. Itu mahal. Kalau saya pake bekatul dan juwawut lokal tapi
kualitasnya enggak kalah dari gandum," terang Anik.
Tak puas
sampai di situ, Anik juga selipkan unsur pendidikan dari sejumlah
produknya. Sebagai contoh, pada keripik tempe aneka rasa miliknya. Anik
menggunakan kemasan bergambar keadaan Malang tempo dulu, waktu zaman
penjajahan Belanda dan masa kini.
Untuk menjaga kualitas rasa
dan sebagainya, unsur higienis pada setiap produk camilan tersebut
selalu diutamakan Anik. Untuk bahan dasar tempe, Anik mengaku membuat
sendiri. Sebab ia takut tempe yang dibeli di luar dicampur bahan-bahan
lainnya. Dan untuk menggorengnya, Anik menjamin tidak menggunakan minyak
jelantah.
Anik juga tidak mau main kucing-kucingan dengan
pembeli. Ia bahkan memperbolehkan konsumen produknya melihat proses
produksi usaha camilan tersebut. "Kalau pembeli pengen tau proses
produksinya, bisa dilihat di belakang," yakin Anik. Keripik Tempe Bu
Noer sudah terkenal di seluruh pusat industri tempe di daerah Sanan,
Malang. Di sini adalah salah satu tempat produksi keripik tempe, keripik
buah, dan berbagai roti unik (brownies tempe, roti bekatul, roti
juawut).