Modal Usaha Kecil Penghasilan Besar



Keingintahuan anak terhadap segala sesuatu di luar dirinya sangat besar. Oleh karena itu mainan harus bersifat aman bagi si anak. Ini mengilhami Yulina dalam berinovasi membuat buku kain ular.
Setiap anak suka bermain, seperti halnya bekerja bagi orang dewasa, bermain adalah pekerjaan bagi anak. Melalui bermain, anak belajar tentang dunia dan sekelilingnya. Ia memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan keterampilan, nilai, sikap, toleransi serta pemahaman.

Namun tidak mudah untuk memberikan mainan yang sesuai dengan usia anak. Usia menunjukkan tahap perkembangan, baik fisik maupun mental. Mainan yang terlalu sulit membuat anak frustrasi. Sebaliknya jika terlalu mudah, mainan tidak lagi menarik bagi si kecil.

Begitu juga dengan faktor keamanan mainan itu sendiri. Bagi orang tua, memberikan mainan yang aman bagi anak merupakan tindakan bijak. Dan suatu tindakan ceroboh apabila membeli mainan dengan kualitas yang tidak dapat dipertangungjawabkan sehingga merugikan orang tua dan anak tentunya.

Berdasarkan faktor itulah memicu Yulina Setianingsih untuk membuat mainan khusus bagi anaknya. “Ketika anak saya berumur di bawah satu tahun, saya merasakan kesulitan untuk mendapatkan mainan yang aman. Ada mainan dari kayu, namun itu terlalu berat untuk seusianya. Belum lagi bentuknya, takut atau bisa melukai anak nantinya,” katanya mengawali.

Dimotori dengan keinginannya untuk memberikan keamanan bagi anak ketika bermain, ia pun memutuskan untuk menggunakan kain flannel sebagai bahan dasar kerajinannya. Perempuan berkeinginan untuk “Be a good mom and Bussiness woman” ini menambahkan, kain flannel sifatnya color full dan bertekstur lembut sehingga mampu menarik minat anak.

Dengan sejuta ide dan kepiawaiannya berkreasi, anak kedua dari tiga bersaudara ini pun membuat buku khusus bagi anak usia satu hingga tiga tahun. Buku yang terbuat dari kain flannel tersebut, memiliki fungsi ganda. Selain sebagai mainan, dapat juga menjadi media pembelajaran bagi anak dengan pengenalan dasar, seperti warna, huruf, angka, bentuk bahkan aneka burung dan serangga.

Semula mainan yang dibuat hanya untuk kebutuhan pribadi, kini sudah berjalan selama satu tahun di bawah label Malvakayla, yang diambil dari nama anak pertamanya- Malva Kayla Tsabita. Berlatar belakang pendidikan yang diperolehnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Jakarta jurusan Teknologi Pendidikan, yang umumnya dituntut untuk membuat media pendidikan memudahkannya untuk menjalankan usaha handmade (kerajinan tangan) tersebut.

Jika pada umumnya buku-buku yang ada sekarang ini merupakan lipatan depan belakang, tetapi Yulina membuat keunikan tersendiri dengan ukuran memanjang. Buku yang biasa disebut ‘buku ular’ ini berukuran 15 x 65 cm dengan kondisi terbuka (tertutup 15 x 16 cm-red). Buku ular memiliki delapan macam kreasi yang disatukan menjadi judul buku. Buku yang pertama berjudul Aneka Serangga, kemudian bertambah Aneka Burung, dan Colors Dwi Bahasa.

Lalu mengapa ukurannya panjang? “Coba deh perhatikan. Anak kecil biasanya ketika disodorkan buku, maka ia tertarik untuk melihat sisi belakangnya dan bergegas untuk mengetahui secara keseluruhan buku itu,” ungkap ibu yang tengah menanti kelahiran anak ketiganya. Trik yang dilakukan itu untuk memberikan kemudahan bagi orang tua agar tidak berlama-lama untuk memberi informasi dan pengetahuan dikarenakan besarnya faktor keingintahuan anak.

Bagi Yulina, mainan anak yang terbuat dari kain flannel khususnya berbentuk buku masih jarang, dan sedikit sulit mendapatkannya. Hal ini justru membawa kelebihan tersendiri. “Buku ular ini bisa dicuci. Anak kan biasanya senang banget menggigit mainannya, sehingga akan cepat kotor. Atau bahkan, secara tidak sengaja meninggalkan noda dengan menumpahkan air atau makanannya,” ungkapnya yang secara serius memperhatikan kebiasaan anak kecil.



Yulina memulai usaha dengan modal Rp. 1.500.000,- yang dipergunakan untuk membeli satu mesin jahit, kain flannel, memperbaiki computer, serta pernak-pernik lainnya. Usaha yang semula memanfaatkan jasa internet dalam pemasaran produk, kini mampu menjual sekitar 40 buku per bulannya. “Biasanya pesanan datang dari luar kota, seperti Kalimantan dan Riau. Jadi mereka tidak bersentuhan atau pun datang langsung,” kata isteri Ade Subagio ini.

Diakuinya, kendala utama dalam menjalankan usaha handmade ini adalah soal waktu. Dalam pengerjaannya, dibutuhkan waktu yang tak sedikit. Butuh perhatian-perhatian ekstra dari proses awal sampai akhir. “Saya pun masih mengecek finishing-nya. Ini untuk menjaga mutu produk sehingga tetap aman bagi anak. Jangan sampai detail aksesoris lepas, seperti mata yang bisa saja ditelan si anak,” tegas mantan reporter Merdeka dan redaktur berita Jakarta dot com.

Namun tak dipungkiri pula, tingkat persaingan di bisnis serupa amat sedikit. Sehingga prospek kelancarannya dapat dipastikan dengan mudah. Dengan menjual buku ular seharga Rp 47.500,- tak menjadi persoalan. Padahal, modal untuk satu buku ular hanya dibutuhkan setengah dari harga penjualan. “Dari modal memang tidak terlalu besar untuk setiap jenisnya. Yang menjadi pertimbangan adalah proses pengerjaan yang memakan waktu sehingga tidak bisa memberikan target produksi,” imbuhnya.

Dengan meraup keuntungan kotor sekitar Rp 5 juta sampai 10 juta ini telah memproduksi hamper 70 produk mainan anak dari kain flannel. Tak hanya buku kain, usaha yang terletak di bilangan Kramat Jati ini pun membuat playboard, dadu, tempat tissue, koin dan sebagainya. “Di sini juga menyediakan souvenir khusus acara ulang tahun secara spesial bagi pemesan. Souvenir dibuat atas permintaan yang bersangkutan,”Yulina mengakhiri.

Artikel Lainnya