Peluang Usaha Salon Muslimah Yang Menguntungkan

Dilatarbelakangi sulitnya mencari salon khusus wanita, akhirnya Yulia Astuti memiliki gagasan mendirikan salon muslimah. Berkat keuletan dan kerja keras yang dibarengi dengan tiada hentinya berinovasi menjual beberapa produk perawatan bikinan sendiri.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak Yulia Astuti mendirikan salon muslimah Moz5 di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Sebelumnya tak pernah terbayangkan dalam benak Yuli bahwa salonnya akan berkembang biak hingga 26 cabang seperti sekarang.

“ Saya tak berhenti berinovasi, menjual beberapa produk perawatan bikinan sendiri selain melayani salon untuk muslimah,”ungkap Yulia Astuti.

Setiap hari rata-rata sebanyak 50 orang berkunjung di setiap salonnya. Jumlah itu akan berlipat dua pada akhir pekan. Seorang pengunjung rata-rata menghabiskan uang antara Rp 70.000 hingga Rp 80.000 dalam sekali kedatangan. Tak heran, omzet salon bisa mencapai puluhan juta per hari.

Ide awal mendirikan salon Yulia muncul secara sederhana, yaitu berangkat dari pengalamannya sendiri yang sulit mencari salon khusus untuk wanita. “Saat itu salon khusus wanita sangat jarang. Kalaupun ada, cuma salon rumahan yang kadang-kadang ada suami, anak, dan karyawan laki-laki,” ujarnya.

Lantaran ingin punya usaha sendiri, Yulia menangkap kebutuhan itu sebagai peluang berbisnis. Apalagi, ia melihat potensi pasar salon khusus bagi perempuan yang ogah menunjukkan rambutnya kepada lelaki bukan muhrim begitu besar. “Saya melihat trend wanita berkerudung makin booming. Apalagi, mulai muncul kerudung untuk anak muda,” papar Yulia.

Awalnya ia berpatungan dengan dua orang teman untuk mendirikan salon muslimah ini. Namun ditengah perjalanan kedua orang itu kemudian mengundurkan diri. Yulia terpaksa merogoh kocek sendiri dan minta kelonggaran mengembalikan modal mereka. “Waktu itu, modal saya berkisar antara Rp 90 juta hingga Rp 100 juta,” ungkapnya.

Karena kebetulan saat itu masih bekerja, Yulia menyerahkan pengelolaan salon muslimah bernama Moz5 ini kepada sang adik yang dibantu dua orang karyawan. Yulia sendiri mengurus pengembangan bisnis dan marketing. “Meski begitu, setiap malam dan weekend, saya selalu datang ke salon untuk monitoring,” tukasnya.

Melihat bisnis salon cukup baik dan ingin focus pada pengembangan salon, akhirnya ia pada tahun 2004 mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja. “Sejak awal saya memang bercita-cita punya usaha sendiri, sambil membimbing anak,”katanya.

Artikel Lainnya