Sebut saja namanya Is. Waktu itu tahun 2003, dia adalah seorang guru SD,
dengan status masih honor. Tempat mengajarnya lumayan jauh, 30 km dari
kota kecil kami. Saya sering berpapasan dengannya ketika masih bekerja
di kawasan wisata. Yap, beliau pulang kadang jam 11 atau 12 siang. Kembali ke gubungnya yang terletak di tepi kota.
Di gubugnya itu, pak guru Is dan istrinya berjualan kecil-kecilan.
Maklum, posisi strategis. Lumayan juga yang belanja. Soalnya di seberang
jalan adalah pondokan putri. Tapi, sejak pondokan itu dijual, warung
pak Is menjadi sepi. Saya sering singgah, kadang hanya untuk membeli
rokok dan ngobrol dengan pak Is sampai jam 8 malam.
Suatu ketika, saya kebingungan menjual motor butut yang saya beli untuk
ngojek. Motor ini dulu dibeli untuk menambah penghasilan. Join dengan
para pemuda yang masih nganggur. Hasilnya lumayan, tapi karena saya
sudah mau pindah ke kota yang lebih besar, mau tak mau motor butut itu
mesti dijual. Saya coba jual ke tukang bengkel, tapi harga yang dia
tawar terlalu murah. Akhirnya saya curhat ke pak guru Is.
Ternyata pak Is sudah menawarkan ide cemerlang, ia menawarkan motor saya
dipajang saja di teras warungnya. "Ntar kalo ada yang beli, mas saya
ketemukan dengan calon pembelinya. Silakan bernegosiasi ya, untuk saya
300 ribu saja," demikian pak guru Is menawarkan jasanya. Sederhana sih,
Pak Is hanya menawarkan tempat, dengan komisi yang menurut saya sangat
wajar.
Kurang dari 24 jam, sepeda motor itu terjual 6,5 juta. Tentu saja saya
sangat senang. Padahal, jika saya sendiri yang menawarkan ke
orang-orang, hanya ditawar 4 juta. Setelah meninggalkan bagian untuk pak
guru Is, saya menyalaminya, pamit pindah ke kota yang lebih besar.
Tiga tahun berlalu. Saya rindu ke kota kecil di mana saya pernah tinggal
selama 4 tahun itu. Sekaligus ingin jumpa teman-teman lama, termasuk
pak guru Is. Ketika saya singgah, warungnya sudah permanen. Mirip mini
swalayan. Teras sederhana yang dulunya hanya semen biasa, telah ditambah
dengan kanopi yang lebar. Dan motor-motor seken yang berjejer menggoda
peminatnya untuk singgah. Ada lebih 20 motor. Wah kegigihan pak guru Is
telah menghasilkan bisnis yang dahsyat. Sungguh pelajaran hidup yang
berharga bagi kami, para karyawan dan pegawai kecil kelas sendal jepit.